Monday, December 21, 2009

Mengatasi Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah salah satu risiko yang paling umum terjadi. Secara garis besar, risiko likuiditas bisa terjadi karena dua sebab, yakni 1) aset tidak dapat dijual karena kurang likuid di pasar dan 2) risiko likuiditas dari utang, yakni tidak dapat melunasi utang, atau tidak dapat memperoleh utang dengan biaya rendah. Risiko likuiditas ini berpotensi mengakibatkan kondisi keuangan menjadi goyah.

Penting bagi Anda untuk mengidentifikasi kelemahan dalam likuiditas, karena:
• membantu Anda dalam mengelola asset dalam kondisi keuangan yang sulit sekalipun
• memastikan bahwa Anda punya portfolio asset dan investasi yang terdiversifikasi dan dapat menutup banyak scenario risiko

Di sisi lain, terdapat juga kelemahan didalamnya, yakni:
• usaha dalam mengidentifikasi kelemahan dalam likuiditas mungkin akan menjadi makan waktu dan terasa kurang penting dalam kondisi keuangan baik
• membutuhkan anggaran untuk menciptakan dan menjalankan proses dalam manajemen likuiditas

Berikut ini adalah sejumlah langkah-langkah yang dapat diambil untuk melakukan manajemen risiko likuiditas:

Liquidity gap analysis
Melakukan analisa dan proyeksi terhadap arus kas, sehingga kemudian akan menghasilkan `liquidity gap` yang terjadi antara ketidaksesuaian antara inflow dan outflow di masa depan. Dengan melakukan analisa ini, maka perusahaan akan dapat mengetahui kebutuhan likuiditas yang berpotensi terjadi di masa depan.

Contingency funding plan, yang meliputi antara lain:
• framework manajemen dan pelaporan yang memadai, dimana tindakan diambil ketika sudah ada indikasi negatif, dan menghindari/memitigasi krisis secara tepat.
• melakukan dokumentasi terhadap rencana manajemen, misalnya alternatif sumber likuiditas
• mengevaluasi seluruh skenario yang bisa terjadi
• merancang rencana komunikasi, baik internal maupun eksternal
• sumber likuiditas reguler dilengkapi pula dengan sumber contingent
• direksi menyetujui, dan manajemen terlibat

Pendekatan liquidity stress-testing
Pendekatan ini pertama-tama melakukan identifikasi terhadap apa saja yang menjadi risk driver. Selanjutnya, prediksikan skenario-skenario buruk yang mungkin terjadi, dan mengukur dampaknya terhadap likuiditas, baik outflow maupun inflow. Dengan demikian, maka kita akan mengetahui bagaimana posisi likuiditas dalam tiap skenario.

Melakukan liquidity risk bearing analysis
Liquidity risk bearing analysis adalah analisa yang membantu organisasi untuk menentukan kapasitas keuangannya dalam menerima berbagai level risiko likuiditas. Analisa ini mengevaluasi manfaat dan biaya dari berbagai langkah mulai dari mempertahankan risiko likuiditas hingga melakukan transfer risiko.

Menerapkan Sistem Limit
Sistem limit digunakan untuk mengelola likuiditas, supaya cadangan likuiditas dalam jumlah tertentu tidak bisa digunakan. Sistem ini digunakan untuk mengelola supaya kebutuhan likuiditas tidak melampaui cadangan likuiditas yang ada pada suatu waktu.

Diversifikasi Pendanaan
Pendanaan tidak hanya dari satu sumber saja, melainkan diversifikasi ke sumber-sumber pendanaan lainnya. Jadi, ketika satu sumber mengalami kekeringan likuiditas, masih ada sumber lainnya.

Liquidity Policy
Implementasikan kebijakan likuiditas yang mengidentifikasi metode, proses dan tanggung jawab.

Do's & Dont's
Do
• analisa kondisi likuiditas Anda
• diversifikasi pendanaan
• lakukan pelaporan likuiditas secara rutin
• pertimbangkan rencana untuk contingency fund
• pastikan sistem pelaporan Anda akurat, informative, komprehensif dan realistis

Don't
• jangan pegang banyak asset yang tidak likuid
• jangan terlalu banyak memegang kas juga (kurang optimal)
• jangan mengabaikan likuiditas meskipun kondisi keuangan sedang bagus.

Sumber : resiko manajemen

No comments: